“ Bila apel malam telah tiba, segera bacakan penerjunan.
Hatiku dag dig dug tak karuan, memikirkan nasib mu
seorang....”
Potongan bait lagu Para mengingatkan saya akan kegiatan
waktu lampau yang telah saya lakukan. Bersama dengan rekan-rekan saya, kami berangkat
dari Kota Magelang menuju Kota Bandung. Berbekal satu buah Ransel dan satu buah
Ponyo Sak serta ditambah satu buah tas pesiar, rombongan kami segera meluncur
dari markas Akademi Militer menuju Stasiun Jogjakarta. Berangkat dari Stasiun
Jogjakarta menuju Stasiun St.Hall, Bandung.
Tujuan kami bukan BIP, PVJ, apalagi Pasar Baroe. Markas
KOPASSUS, Batujajar adalah muara perjalanan kami. Disanalah pusat pelatihan
Pendidikan Dasar Para diselenggarakan. Pagi hari kereta yang kami gunakan
sampai di Stasiun Kota Bandung. Disana kami disambut oleh Rombongan Pasukan
Baret Merah, lengkap dengan helaian selang ditangannya. GeeEeerrRrr, seketika
itu pula naluri tempur kami kembali memuncak, dentuman jantung kami bertetak
cepat ( jep..ajeb..ajeb..ajeb ). Rombongan kami berlarian keluar dari stasiun
menuju truck yang telah disediakan oleh sekolah para. Dari stasiun kami segera
diangkut menuju Batujajar.
Hari pertama kita lewati dengan biasa saja. Belum ada yang
special. Hanya Orientasi dan perkenalan para Pelatih dan perangkat yang
terlibat disana. Keesokan harinya kegiatan kami dimulai dengan materi
pelajaran teori di kelas, atau lebih tepatnya kita sebut Hanggar. Beberapa hari
berlalu, pelajaran kelas usai, dilanjutkan dengan materi lapangan, atau Ground
Training. Disinilah inti dari kegiatan ini. Ground Training dilakukan dengan
tujuan untuk melatih siswa agar siap untuk melaksanakan Terjun Payung. Mulai
dari pembinaan fisik, penguatan kaki, tehnik terjun dan mendarat yang benar,
Sewor Kanan-Kiri, serta materi-materi lain yang sangat menantang.
Memasuki minggu ketiga, kami mulai dibekali dengan tehnik
terjun. Sedikit demi sedikit kami diajak untuk melakukan praktek terjun
kecil-kecilan, hingga nyaris mendekati ketinggian sebenarnya. Dari mulai Swing
Landing, Kipas Pendarat, Mug Tower, dan yang paling tinggi adalah Jump Tower. Di
sinilah kami benar-benar merasakan manfaat pembinaan yang dilakukan selama 2
minggu sebelumnya. Karena walaupun kami mendarat menggunakan parasut, ternyata
kami juga perlu menggunakan tehnik-tehnik khusus untuk mendarat dengan benar
supaya tidak cidera.
Saat yang ditunggu datang, hari pertama terjun menggunakan
Pesawat sebenarnya. Mungkin sama dengan siswa yang lain, perasaan takut
mengiringi penerbangan kami di hari pertama terjun. Dalam hati bertanya-tanya,
“apa yang akan terjadi?. Payung saya ngembang gak ya?” dan lain-lain. Namun
rasa penasaran kami mengalahkan segalanya.
“Kriiing......!!!” Sirine pesawat pun berbunyi, lampu hijau
tanda penerjunan siap dimulai, juga sudah menyala. Pintu pesawat terbuka,
hembusan dan gemuruh suara angin menambah sensasi penerjunan saat itu. Penerjun
pertama berisiap didepan pintu. Aba-aba dari Jump Master ( jump master ini
orang yang bertugas menerjunkan atau lebih tepatnya melempar kita keluar dari
pesawat ), penerjun pertama pun hilang seketika keluar dari pesawat. Disusul
dengan penerjun kedua, kediga, keempat, dan seterusnya. Hari pertama penerjunan
selesai, seluruh personl berhasil dilempar dan mendarat dengan selamat.
Kegiatan terjun tersebut berlangsung selama tujuh hari.
Materi terjunnya pun bervariasi, yaitu 3 kali terjun siang, 1 kali terjun
container, 1 kali terjun container plus senjata, 1 kali terjun malam, dan
terakhir adalah 1 kali terjun Wing Day. Total penerjunan adalah sebanyak 7
kali. Mantabs sudah !!
Kesan : Para Dasar merupakan kegiatan yang sangat luar
biasa. Ibarat sebuah permainan, mungkin Halilintar atau Tornado yang ada di
Dufan itu gak ada apa2nya. Sensasi ketika keluar dari pintu pesawat adalah
seperti : Berikut saya simulasikan situasi dan ekspresi di dalam pesawat sampai
kami dibuang dari pesawat.
Berdasarkan pengakuan narasumber.
“Kriiiiinggg....!!!” ( sirine berbunyi mengiringi gemuruh
suara pesawat )
Jump Master : “Persiapan, merapat semua merapat, waspada
tali di blkg kalian”
“Grreeekkk....whussshhh..” ( pintu terbuka seketika hembusan
angin berhimpun masuk ke pesawat )
Taruna : “Bismillah....Bismillah...Ya Allah ampuni lah dosa
hamba selama ini.”
Jump Master : “Go..Go.. (sambil melempar penerjun satu per
satu) ..go..Go..merapat..merapat...”
::ekspresi setelah keluar dari pesawat::
Penerjun : “Astaghfirullah...ehm..(sambil menutup mata,
tahan nafas, nyawa hilang beberapa detik), ...eGhrrr...”
Setelah 4 detik keluar dari pesawat,
Penerjun membuka mata
sambil lihat sekeliling, ....suara berubah menjadi hening....penerjun berkata
“Alhamdulillah”, mulailah dia mengemudikan payungnya, mengarah pada sasaran
pendaratan.,...!!
Kurang lebih seperti itulah gambaran kami saat melaksanakan
kegiatan para dasar kemarin. Tak seharusnya kami tuangkan Ekspresi kami melalui
media tulis n cerita. Karena sensasinya tidak akan sama dengan apabila anda
melakukannya sendiri. Trust Me !!
Pesan : dihimbau kepada rekan-rekan, rekanita dan kerabat
alangkah baiknya membeli tiket sebelum naik pesawat, pastikan tiket yang anda
beli itu asli dan belum expired. Karena jika salah, akibatnya bisa seperti
kami, di lempar dari pesawat gara-gara gak bayar tiket pesawat. *canda saja !!