Senin, 08 Juli 2013

:: Melawan Kebiasaan Buruk ::


Usai pelantikan kemarin, dan usai menikmati perjalanan 14 jam dari Surabaya menuju Pekalongan, praktis kegiatan berikutnya adalah lanjut dengan Dinas, tapi dinas cuti, heheheh *garing-kriuk. Kalo liburan gini paling demen maen dan maen,,tapi kalo ada temenya. Kalo gak ada temenya palingan mentok dirumah, nonton tv, tidur, makan, dan maen laptop (Standart). Kalo menurut kamu itu standart, mungkin saya harus nonton tv sambil kayang, makan sambil keramas, dan maen laptop diatas rel kereta api (so pasti ora mungkin alias ngayal). Tapi yang jelas, liburan dirumah itu gak enak, tapi uueeenaak banget, begitu kalo kata taruna di Magelang sana. Bisa kumpul dengan keluarga, melakukan aktivitas lama seperti Sholat 5waktu ber-Jamaah di Masjid *asseek*, makan masakan ibu tercinta, lan sak piturute.

Dari semua aktivitas tersebut, saya paling benci dengan acara Tivi. Tolong jelaskan kenapa acara di TV itu semuanya menarik. Walaupun nggak menarik, tapi tv itu nggak mbosenin. Beda banget sama buku dan koran. Mungkin penerbit buku dan koran harus cari tahu dan meniru trik dari tv tentang bagaimana caranya menjaga minat para pemirsa untuk tetap ‘stay tune’ sama produknya itu.

Padahal faktanya, nonton tivi itu buang-buang waktu. Karena dari 24 jam acara tivi itu beroperasi, mungkin total hanya 4-5 jam muncul tayangan tivi yang bermanfaat. Seperti berita, sekilas info, ceramah dan pengajian. So pasti Sinetron, pilem kartun, dan gosip nggak termasuk dalam tayangan bermanfaat. Tapi mengapa nonton tivi itu enak,,? Sambil duduk, ngemil, minum teh, makan mie instan. Dan setelah melakukan aktivitas tersebut secara rutin selama 5 hari, hasilnya adalah Obesitas (gak sampe sih, Cuma BB bertambah sekian kg), malas, dan pekerjaan terbengkalai. Dan walaupun kita sadar tentang hal itu, kita masa bodoh dan tetap bersemangat nonton tivi. Aneh gak sih..??
Itu faktanya kawand, terserah kamu mau percaya atau tidak, ini pengalaman pribadi saya bukan pengalaman pribadi anda. Kalo anda tidak setuju, silakan buat tulisan anda sendiri.

Selesai satu acara kita tonton, ganti acara lain, pindah chanel lain. Giliran gak ada acara bagus, nonton iklan. Gonta-ganti chanel buat nonton iklan. Padahal yo iklane kui kui wae (iklan = comersial break).  Tapi yowes lah timbang mumet mikir tivi, mending saiki ndang turu. Ben sesuk iso subuhan nang masjid.

Rabu, 03 Juli 2013

:: Detik-Detik Mendebarkan ::


Surabaya, 2 Juli 2013 pukul 08.20 wib.  Beberapa saat setelah penampilan Drumband dari AAL usai, ribuan pasang mata menyaksikan dahsyatnya hujan dan angin yang menghempas lapangan Banda. Saya beserta 7 orang rekan saya yang berada di ruang “Wangi-wangi” (salah satu nama tempat di Depmar AAL) terbelalak ketika melihat baliho Presiden SBY roboh. Baliho tersebut jatuh sesaat setelah baliho Adhi makayasa rata dengan tanah. Penutup meja terbang tertiup angin, beberapa alat musik milik Satsik jatuh tertiup angin, pasukan upacara berlarian menuju tampat aman. Hujan yang tak kunjung reda mengharuskan Upacara Praspa ditunda selama 30 menit.

Dalam suasana yang masih tegang, kami berdoa dan berharap semoga hujan segera reda. Sampai batas waktu tambahan yang diberikan, ternyata langit masih dihiasi awan hitam. Namun demikian, kegiatan harus tetap dilaksanakan. Dalam keadaan gerimis, kami keluar dari daerah persiapan dan mulai memasuki lapangan upacara. Sambil tetap berdoa, semoga cuaca segera membaik, semoga upacara berjalan dengan hikmat dan lancar. Sampai tak terasa ternyata seluruh perangkat upacara sudah berada didalam lapangan. Dan dihadapan kami telah berhimpun dengan rapi rombongan orang tua dari masing-masing peserta upacara. Mereka datang dari berbagai penjuru Indonesia dengan penuh harapan menyaksikan putra dan putri mereka dilantik menjadi seorang Perwira. Praktis kami harus menampilkan yang terbaik, tidak boleh ada celah sekecil apapun, walaupun dalam kondisi cuaca yang kurang bersahabat.
 
Perlu diketahui kawand, bahwa acara ini merupakan ‘moment’ yang sangat penting bagi kami. Karena disinilah nasib kami ditentukan. Upacara inilah yang akan merubah ‘kasta’ (begitu kata Danjen Akd.TNI) kami dari seorang taruna menjadi seorang perwira. Dalam upacara tersebut juga akan dilaksanakan Penyumpahan kepada seluruh calon perwira tentang tanggung jawab dan janji pengabdiannya kepada negara dan bangsa. Seluruh panitia sudah mempersiapkan segalanya dengan sangat baik. Karena bukan main-main, acara tersebut juga melibatkan Presiden RI Bpk Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Inspektur Upacara. Kami pun sudah melaksanakan latihan (gladi) secara terus menerus ( Gladi Kader, Gladi Kotor 1, Gladi Kotor 2, Gladi Kotor 3, dan Gladi Bersih plus sekali Gladi Ruangan), sehingga kami bertekad tidak akan menghancurkan apa yang telah kami usahakan dan apa yang akan kami tunjunkan kepada orang tua kami nanti.

Satu demi satu rangkaian upacara telah dilaksanakan. Hingga tiba waktu yang sangat mendebarkan bagi saya dan 7 rekan saya, yaitu tampil sebagai perwakilan dilantik maupun pengucap sumpah. Dengan satu aba-aba kami berjalan dari sisi sebalah kanan lapangan menuju depan mimbar tempat Irup berdiri. Tiba waktunya saat pelantikan, Presiden RI turun dan menghampiri satu persatu dari kami untuk menyematkan tanda pangkat serta menjabat tangan kami dan memberika ucapan selamat kepada kami atas pencapaian dan prestasi yang sudah diraih. Dengan penuh  rasa bahagia dan bangga saya menyambut jabat tangan Bapak Presiden dan menatap mata Beliau sambil berkata, “Terimakasih Bapak”. Luar biasa pengalaman yang tidak akan pernah kami lupakan. Tiga puluh detik yang akan selalu terkenang. 

Hingga pada saat terakhir, yaitu ketika acara ditutup dengan doa, puji syukur "Alhamdulillah" kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena akhirnya kami telah dilantik menjadi seorang perwira. Upacara berlangsung sangat khitmat dan tidak meninggalkan kesalahan sekecil apapun, "excellent". Acungan jempol bagi panitia yang telah mempersiapkan segalanya, dan seluruh pihak yang terlibat, serta perangkat upacara yang telah memberikan penampilan yang sempurna. Sebuah keputusan penuh resiko untuk tetap melaksanakan upacara di lapangan dibandingkan didalam ruangan, walaupun dalam kondisi cuaca yang tidak mendukung. Keberanian untuk tetap menampilkan pertunjukan udara dengan meluncurkan pesawat F-16 dalam kondisi cuaca yang buruk. Semuanya dilakukan dengan penuh keyakinan kepada Allah SWT, bahwa rencana-Nya pasti akan selalu lebih indah dari rencana manusia. Terimakasih Tuhan, terimakasih AAL, terimakasih rekan-rekan ku, jaya terus Paja 2013 TNI-Polri. Negara dan Bangsa menanti Darma Bhakti mu.

Bersambung.,,